Akhir-akhir
ini di Indonesia ini, menjamur berbagai
komunitas sosial. Bidang pergerakan mereka diantaranya pendidikan, lingkungan,
kesehatan dan yang lainnya. Mereka bergerak atas dasar sukarela karena melihat
kondisi di sekitarnya yang jauh dari kondisi ideal. Semisal pendidikan. Kondisi
pendidikan di Indonesia timur tidaklah seperti yang terjadi di Indonesia bagian
barat. Di Indonesia bagian barat fasilitasnya lebih lengkap, mudah diakses dan
terjangkau. Oleh karena itu, berkembanglah pergerakan sosial yang membantu
mengentaskan masalah tersebut secara mandiri.
NTT
Youth Project adalah salah satu dari sekian banyak komunitas sosial untuk
memajukan pendidikan di tanah air. Kami fokus untuk mengumpulkan buku-buku yang
nantinya akan dikirimkan ke NTT. Tidak hanya mendistribusikan buku, tetapi kami
akan membangun perpustakaan daerah yang nantinya dapat menjadi tempat menggali
pengetahuan dan pencetak generasi muda NTT agar mereka lebih banyak
menghabiskan waktu untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. Pemerataan
fasilitas seperti ini tentu saja membutuhkan banyak dukungan baik moral maupun
materi.
Selain
program “500 Nama untuk NTT” yang saat ini sedang berjalan, kami memiliki
proyek penunjang lainnya untuk menyebarluaskan pergerakan ini dan mendorong
generasi muda lainnya menduplikasi kegiatan serupa di wilayahnya masing-masing
untuk memberdayakan masyarakat. Setiap bulan kami mengadakan workshop dengan tema tertentu dengan
mengundang narasumber yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas di bidangnya.
Pada
Bulan Juni ini, kami mengadakan “Social Project Meets Crowdfunding”. Dalam
acara ini, NTT Youth Project mengundang Alfatih Timur sebagai pendiri Kita Bisa
yang merupakan platform untuk
mengumpulkan dana dari masyarakat. Alfatih Timur adalah seorang social entrepreneur yang membantu banyak
komunitas agar memiliki akses dalam melakukan pencarian dana.
Acara
berlangsung pada Sabtu, 6 Juni 2015, bertempat di Bumi Panda, Jalan Geusan Ulun
nomor 3 Bandung. Sebanyak 27 peserta hadir dari berbagai latar belakang.
Beberapa diantaranya merupakan penggerak komunitas di Kota Bandung yang ingin
mendapatkan ilmu dan wawasan seputar penggalangan dana secara mandiri.
Pukul
09.30 WIB Alfatih membuka materi dengan mengenalkan apa itu crowdfunding yang
sering kita dengar. Crowdfunding adalah sebuah praktik pengumpulan dana untuk
mendanai sebuah kegiatan tertentu. Biasanya sebuah komunitas mengalami masalah
kurangnya SDM dan dana. Untuk dana dapat disiasati dengan sistem crowdfunding.
Ia
menjelaskan bahwa ada banyak tipe dalam crowdfunding. Ada yang langsung donasi,
meminjam dana dari lembaga dana dan juga sistem pre-order. Crowdfunding
banyak dilakukan negara-negara lainnya. Seperti pada program Pebble Time di
Amerika, sebuah jam pintar yang akhirnya mendapat dana melebihi target. Untuk
di Indonesia sendiri, contoh yang sukses mendapatkan dana dari masyarakat
adalah komunitas Buku Untuk Papua. Dari target dana Rp 30 juta, mereka mendapat
lebih dari Rp 31 juta.
Beberapa
contoh kesuksesan proyek di atas dapat memberikan gambaran bahwa crowdfunding
adalah salah satu cara yang baik untuk membuka peluang menjembatani donatur
yang ingin memberi bantuan dan organisasi yang ingin mendapat sumber dana.
Kita
Bisa juga berupaya membangun kepercayaan terhadap donatur dengan terus
menginformasikan laporan dana. Mentor Kita Bisa adalah Rumah Perubahan milik
Rhenal Kasali yang sebelumnya sudah banyak memberikan kontribusinya dalam
pemberdayaan masyarakat. Setiap orang
mempunyai kesempatan yang sama untuk
mengembangkan sebuah gerakan sosial dan mendapatkan dana sumbangan dari
masyarakat. Aksesnya sangat terbuka luas tinggal kita yang mau menjalankannya
dengan baik.
Selain
pemaparan materi, diadakan juga simulasi untuk membangun sebuah proyek dan
mepresentasikannya ke hadapan seluruh peserta. Tim dibagi menjadi 4 bagian.
Tiap-tiap tim merancang sebuah program yang memungkinkan untuk dijalankan
dengan alasan yang logis. Sehingga, para donatur yang membaca poster atau
keterangan di website dapat langsung
tertarik dan tergerak untuk membantu.
Pada
simulasi ini, mereka diberikan bekal dari Alfatih terkait bagaimana cara membuat
konten proyek melalui Kita Bisa. Tips tersebut yaitu :
1. Buat
judul yang menarik dan menunjukkan nama program kita bukan nama komunitas.
2. Tampilkan
video atau poster sebagai pembuka konten yang menyentuh
3. Buat
ulasan dengan padat, jelas, rinci dan tidak terlalu berbelit-belit. Gunakan
bahasa yang lugas.
4. Cantumkan
juga penghargaan apa yang bisa diberikan kepada donatur jika sudah memberikan
donasi
5. Cantumkan
personal kontak yang dapat dihubungi jika donatur membutuhkan informasi lebih
komprehensif.
6. Sertakan
foto-foto lapangan tempat kita akan memberikan bantuan.
7. Tunjukkan
fakta-fakta kondisi lapangan dan alasan kita meminta bantuan dari donatur.
Setelah
mengikuti pelatihan ini, diharapkan peserta tidak bingung dan kesulitan di mana
harus mencari dana. Mereka dapat segera mengaplikasikan materi yang sudah
diberikan Alfatih dan menggunakan Kita Bisa sebagai jembatan penghubung dengan
donatur yang ingin memberikan dukungan. (Adisa Soedarso)