Sabuga,16 Juni 2015 NTT YP turut serta meramaikan acara Festival Anak Bertanya sebagai salah satu pengisi stand. Pada acara tersebut saya diamanahi untuk menjaga stand NTT YP bersama Wini, Tyas,Angel.Kami sangat antusias mempersiapkan acara ini dengan mempersiapkan dekorasi stand yang kami buat bersama dengan tim FAB NTT YP, hampir semua dekorasi kami buat sendiri mengandalkan kreatifitas dan kemampuan yang kami punya.

      Selama acara berlangsung saya sangat bersemangat karena sekitar 100 lebih adik-adik dari berbagai macam Sekolah dasar telah mengunjugi stand NTT YP. Adik-adik tersebut kami ajak untuk memberikan dukungan akan salah satu program NTT YP yakni NTT membaca, dukungan yang diberikan berupa memberikan cap tanggan di atas kain putih dan juga melalui foto dimana anak tersebut memegang kertas yang bertuliskan “NTT we care”. Pada saat anak tersebut memberikan dukungannya kami pun menjelaskan kepada orang tua ,yang menemani adik-adik tersebut, mengenai program NTT YP. Tak jarang banyak orang tua berkeinginan untuk turut serta berdonasi ke NTT YP, bahkan salah satu pengunjung stand kami yang berasal dari SMA BPK Penabur secara langsung memberikan donasi buku. Sebagai bentuk terimakasih kami atas dukungan yang telah diberikan oleh adik-adik yang telah mengunjungi stand NTT YP,  kami memberikan cinderamata berupa origami yang berbentuk burung.
     
      Dukungan yang kami terima tidak hanya berasal dari adik-adik dan orang tuanya, kami pun mendapat kunjungan dari LSM yang bergerak di bidang anak-anak beberapa diantaranya yakni Nusantara Bertutur, psikolog, SOS childern, Serat pena yang mau berkerjasama, menawarkan bantuan dan berbagi ilmu. Bahkan ada penulis buku anak yang bersedia mendonasikan karyanya dan juga ada yang bersedia menjadi sukarelawan diprogram NTT Membaca atau bahkan memberikan semangat atas apa yang sedang kami lakukan.

      Selama acara berlangsung ada kepuasan batin tersendiri yang saya rasakan. Rasa kepedulian saya terhadap anak-anak semakin terasah dan juga saya merasa diri saya teraktualisasi dengan sempurna pada saat itu yang mana pada saat pengunjung stand yang berasal dari akdemisi, praktisi dan masyarakat umum. Mereka membagikan ilmu, pengalaman, nasihat atau bahkan mengapresiasi kegiatan NTT YP. Saya berharap akan diadakan kembali acara Festival Anak Bertanya ini karena banyaknya manfaat yang dirasakan baik dari pengunjung maupun pengisi stand. Terimakasih FAB 2015 atas kesempatan yang telah diberikan kepada NTT YP untuk turut serta. (fitriayu)





Sabtu, 13 Juni 2015 adalah sebuah hari yang bersejarah bagi diriku, yang dimana saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi perwakilan NTT Youth Project dalam acara Indonesian Citizen Summit 2015 dan saya menjadi peserta stand dalam acara yang diselenggarakan di Universitas Indonesia. Acara ini bisa terselenggara dikarenakan kerjasama dari Universitas Indonesia dan Kreanovator. Saya tidak sendirian dalam mengikuti acara Indonesian Citizen Summit 2015. Saya ditemani oleh 4 orang rekan saya yaitu Adisti, Angel, Unan dan Riyanti. Unan dan Riyanti mewakili NTTYP sebagai peserta umum, sementara saya, Adisti, Angel menjaga stand. Saya sangat antusias dalam mengikuti acara ini dikarenakan nantinya saya dapat menambah link atau berkoneksi dengan teman-teman dari komunitas lain. Dan antusias saya pun terbukti, saya berkenalan dengan berbagai komunitas sosial yang bergerak dalam berbagai bidang. Suasana siang hari yang panas di Jakarta, tidak menghalangi kami dalam bercengkarama satu sama lainnya. Saya pun berkenalan dan menanyakan asal usul terbentuknya komunitas mereka, pengalaman apa saja yang mereka dapatkan dari pelaksaan program dalam komunitas mereka dan saya juga meminta saran agar bagaimana NTTYP dapat membuktikan eksistensi kami di dalam program kami dan melebarkan sasaran eksistensi kami tidak hanya ke daerah NTT namun ke seluruh Indonesia. Sharing dengan teman- teman berbagai komunitas membuat saya sadar bahwa kami(NTTYP) masih seumur jagung dan masih harus banyak belajar dan mematangkan kembali apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan program kami. Satu hal yang menjadi prinsip saya yaitu pengalaman adalah guru terbaik. Saya bahagia karena saya dipertemukan dengan teman-teman dari komunitas lain yang tentunya menjadi pengalaman berharga dalam hidup saya dan bagaimana saya belajar dari pengalaman yang diajarkan oleh teman-teman dari komunitas lain bahwa kita harus mewujudkan mimpi komunitas kami.

(Vito) 


Sabtu, 13 Juni 2015 lalu menjadi sebuah hari yang tidak terlupakan bagi saya. Bagaimana tidak, saya berkesempatan mewakili NTT Youth Project untuk menjadi peserta stand di Indonesian Citizen Summit 2015, sebuah acara yang diadakan di Universitas Indonesia oleh Kreanovator. Saat itu saya hadir bersama 4 rekan saya, Vito, Angel, Unan, dan Riyanti.Unan dan Riyanti kala itu mewakili NTT YP sebagai peserta umum, sementara saya, Vito, dan Angel menjaga stand. Saat itu yang terlintas di benak saya hanyalah satu: Berjejaring. Setelah stand selesai dirias dan didekorasi, dengan bergegas saya pun mengajak Vito dan Angel berkeliling untuk berkenalan dengan orang-orang dari komunitas sosial lain yang juga membuka stand. Di situ saya kagum ternyata banyak sekali orang yang mendedikasikan dirinya untuk kegiatan sosial. Sayapun berkenalan dengan mereka, menanyakan asal usul terbentuknya komunitas mereka, apa saja kegiatan yang telah mereka lakukan, serta manis dan pahitnya pengalaman yang komunitas mereka rasakan. Mereka semua dengan antusias menjelaskan pada saya tentang semua itu. Dari semua penjelasan yang mereka jabarkan, saya begitu terkesima dan akhirnya menyadari, kerja sosial tidaklah mudah. Dibutuhkan dedikasi yang tinggi dalam mengembannya karena berdasarkan hasil cerita pengalaman yang saya kumpulkan, ternyata praktik di lapangan tidak semulus seperti praktik yang dirancang. Selalu ada tabrakan dengan kepentingan lain. Dan inilah yang saya rasa harus mampu dilalui semua komunitas sosial. Jika tidak mampu, pasti komunitasnya bubar. Dari ICS saya mendapatkan banyak sharing yang saya rasa bisa digunakan untuk kematangan NTT YP sendiri. Belajar dari pengalaman dan mendengarkan masukan komunitas lain yang lebih senior sungguhlah pelajaran berharga bagi saya dan team NTT YP.
Saat mengikuti ICS saya merasa sangat bangga dan bahagia. Bangga karena komunitas saya bisa dikenal banyak orang. Bahagia karena saya bisa menemukan orang-orang dengan passion seperti saya yang akhirnya mampu membuat saya semakin bersemangat untuk menjalankan program-program NTT YP lagi, no matter how hard the journey is. Terlebih ketika saya melihat komunitas difabel yang standnya persis di depan kami. Saya saat itu hanya berpikir, orang-orang difabel saja mampu berkarya bagi sesamanya, hidupnya mampu berguna bagi orang lain, bagaimana mungkin saya yang dilahirkan dengan badan yang utuh hanya diam dan mementingkan diri sendiri saja?

Selama di ICS saya akhirnya berhasil menemukan komunitas-komunitas yang mampu membuka pikiran saya. Yang mampu menyadarkan saya bahwa NTT YP harus terus belajar dari komunitas-komunitas senior. Saya juga menemukan komunitas-komunitas yang mau bekerja sama dengan NTT YP. Besar harapan saya agar setelah acara ICS ini, nama NTT YP semakin dikenal banyak orang dan makin banyak orang yang tergerak untuk bergabung atau berkontribusi dalam mewujudkan program kami. Dan besar harapan saya agar semangat yang saya dapatkan bersama rekan-rekan saya dalam ICS ini mampu kami salurkan kepada rekan-rekan NTT YP yang lainnya sehingga api semangat kami selalu membara dan kami mampu bersikap optimis dalam mewujudkan mimpi komunitas kami. (Adisti) 


Pada Selasa, 16 Juni 2015, NTT Youth Project mendapatkan kesempatan untuk mengisi booth di acara Festival Anak Bertanya 2015. Berikut adalah wawancara yang NTT Youth Project lakukan bersama dengan  penanggung jawab kegiatan ini.

1.     NTT YP :  Apa yang kamu dapatkan saat mengikuti acara tersebut?

     Wini :
      Banyak sekali yang didapatkan dari acara  ‘Festival Anak Bertanya 2015‘ yang diadakan di Sabuga Bandung, Selasa 16 Juni 2015, contohnya saya menjadi lebih percaya diri dengan mempresentasikan tentang Nusa Tenggara Timur kepada adik-adik yang datang ke booth kami dan para orang tua tentang program-program dari NTT Youth Project, padahal notabennya saya orangnya lumayan pemalukalau mempresentasikan sesuatu kepada khalayak banyak. Hehe J Selain itu juga saya dapat menambah wawasan dengan berkunjung ke booth booth lainnya, seperti booth tentang ilmu eksak, booth tentang anak-anak disabel, booth musik dll, aahh pokonya banyak banget dan menambah wawasan sekali!!! Dan juga ini yang paling penting adalah saya berjejaring dengan orang-orang yang luar biasa, kenapa luar biasa?? Karena mereka-mereka ini merupakan orang-orang penggerak di bidangnya, contoh di bidang pendidikan, sosial, lingkungan, ilmu eksak dll. Semakin buka mata, hati, dan pikiran banget!!! J  menjadikan saya harus lebih peka dan open minded terhadap apapun itu di sekitar saya.

2.      NTT YP : Apa yang kamu rasakan saat dan setelah ikut acara tersebut?
       Wini :
             Saya benar-benar sangat senang dan bangga karena booth kami NTT Youth Project itu didatengi oleh anak-anak beserta orang tuanya, di sana mereka sangat antusias mendengar dan memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh saya dan teman-teman dari NTT Youth Project yang bertugas dalam acara FAB 2015 dan juga aktivitas yang dilakukan di booth kami seperti menulis harapan atau cita-cita mereka lalu ditempel di pohon harapan dan melakukan cap tangan. Lelah dan letih pastinya seharian dalam acara tersebut namun itu terbayarkan dengan banyak respon positif dari berbagai pihak dengan keinginan mereka untuk bekerjasama dengan NTT Youth Project nantinya!!! Horeeeee... J
3.      
     NTT YP : Apa harapan kamu kedepannya setelah acara tersebut?
     Wini :
           Acara seperti ini merupakan ajang dimana komunitas dari berbagai macam bidang dapat bertemu dan berjejaring nantinya, harapan saya adalah NTT Youth Project dapat menjadi komunitas yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia dan berdedikasi khususnya untuk para pemuda-pemudi Di NTT dan Indonesia. Selain itu, acara ini penting untuk membimbing anak ke dalam pergaulan yang benar serta pendidikan yang selayaknya mereka dapatkan dengan memberikan ilmu pengetahuan yang nantinya akan sangat berguna bagi mereka sehingga anak-anak Indonesia nanti ke depan dapat membangun bangsa Indonesia menjadi lebih baik.J
  



Akhir-akhir ini di Indonesia  ini, menjamur berbagai komunitas sosial. Bidang pergerakan mereka diantaranya pendidikan, lingkungan, kesehatan dan yang lainnya. Mereka bergerak atas dasar sukarela karena melihat kondisi di sekitarnya yang jauh dari kondisi ideal. Semisal pendidikan. Kondisi pendidikan di Indonesia timur tidaklah seperti yang terjadi di Indonesia bagian barat. Di Indonesia bagian barat fasilitasnya lebih lengkap, mudah diakses dan terjangkau. Oleh karena itu, berkembanglah pergerakan sosial yang membantu mengentaskan masalah tersebut secara mandiri.
NTT Youth Project adalah salah satu dari sekian banyak komunitas sosial untuk memajukan pendidikan di tanah air. Kami fokus untuk mengumpulkan buku-buku yang nantinya akan dikirimkan ke NTT. Tidak hanya mendistribusikan buku, tetapi kami akan membangun perpustakaan daerah yang nantinya dapat menjadi tempat menggali pengetahuan dan pencetak generasi muda NTT agar mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk merencanakan masa depan yang lebih baik. Pemerataan fasilitas seperti ini tentu saja membutuhkan banyak dukungan baik moral maupun materi.
Selain program “500 Nama untuk NTT” yang saat ini sedang berjalan, kami memiliki proyek penunjang lainnya untuk menyebarluaskan pergerakan ini dan mendorong generasi muda lainnya menduplikasi kegiatan serupa di wilayahnya masing-masing untuk memberdayakan masyarakat. Setiap bulan kami mengadakan workshop dengan tema tertentu dengan mengundang narasumber yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas di bidangnya.
Pada Bulan Juni ini, kami mengadakan “Social Project Meets Crowdfunding”. Dalam acara ini, NTT Youth Project mengundang Alfatih Timur sebagai pendiri Kita Bisa yang merupakan platform untuk mengumpulkan dana dari masyarakat. Alfatih Timur adalah seorang social entrepreneur yang membantu banyak komunitas agar memiliki akses dalam melakukan pencarian dana.
Acara berlangsung pada Sabtu, 6 Juni 2015, bertempat di Bumi Panda, Jalan Geusan Ulun nomor 3 Bandung. Sebanyak 27 peserta hadir dari berbagai latar belakang. Beberapa diantaranya merupakan penggerak komunitas di Kota Bandung yang ingin mendapatkan ilmu dan wawasan seputar penggalangan dana secara mandiri.
Pukul 09.30 WIB Alfatih membuka materi dengan mengenalkan apa itu crowdfunding yang sering kita dengar. Crowdfunding adalah sebuah praktik pengumpulan dana untuk mendanai sebuah kegiatan tertentu. Biasanya sebuah komunitas mengalami masalah kurangnya SDM dan dana. Untuk dana dapat disiasati dengan sistem crowdfunding.
Ia menjelaskan bahwa ada banyak tipe dalam crowdfunding. Ada yang langsung donasi, meminjam dana dari lembaga dana dan juga sistem pre-order. Crowdfunding banyak dilakukan negara-negara lainnya. Seperti pada program Pebble Time di Amerika, sebuah jam pintar yang akhirnya mendapat dana melebihi target. Untuk di Indonesia sendiri, contoh yang sukses mendapatkan dana dari masyarakat adalah komunitas Buku Untuk Papua. Dari target dana Rp 30 juta, mereka mendapat lebih dari Rp 31 juta.
Beberapa contoh kesuksesan proyek di atas dapat memberikan gambaran bahwa crowdfunding adalah salah satu cara yang baik untuk membuka peluang menjembatani donatur yang ingin memberi bantuan dan organisasi yang ingin mendapat sumber dana.
Kita Bisa juga berupaya membangun kepercayaan terhadap donatur dengan terus menginformasikan laporan dana. Mentor Kita Bisa adalah Rumah Perubahan milik Rhenal Kasali yang sebelumnya sudah banyak memberikan kontribusinya dalam pemberdayaan masyarakat.  Setiap orang mempunyai kesempatan  yang sama untuk mengembangkan sebuah gerakan sosial dan mendapatkan dana sumbangan dari masyarakat. Aksesnya sangat terbuka luas tinggal kita yang mau menjalankannya dengan baik.
Selain pemaparan materi, diadakan juga simulasi untuk membangun sebuah proyek dan mepresentasikannya ke hadapan seluruh peserta. Tim dibagi menjadi 4 bagian. Tiap-tiap tim merancang sebuah program yang memungkinkan untuk dijalankan dengan alasan yang logis. Sehingga, para donatur yang membaca poster atau keterangan di website dapat langsung tertarik dan tergerak untuk membantu.
Pada simulasi ini, mereka diberikan bekal dari Alfatih terkait bagaimana cara membuat konten proyek melalui Kita Bisa. Tips tersebut yaitu :
1.      Buat judul yang menarik dan menunjukkan nama program kita bukan nama komunitas.
2.      Tampilkan video atau poster sebagai pembuka konten yang menyentuh
3.      Buat ulasan dengan padat, jelas, rinci dan tidak terlalu berbelit-belit. Gunakan bahasa yang lugas.
4.      Cantumkan juga penghargaan apa yang bisa diberikan kepada donatur jika sudah memberikan donasi
5.      Cantumkan personal kontak yang dapat dihubungi jika donatur membutuhkan informasi lebih komprehensif.
6.      Sertakan foto-foto lapangan tempat kita akan memberikan bantuan.
7.      Tunjukkan fakta-fakta kondisi lapangan dan alasan kita meminta bantuan dari donatur.

Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan peserta tidak bingung dan kesulitan di mana harus mencari dana. Mereka dapat segera mengaplikasikan materi yang sudah diberikan Alfatih dan menggunakan Kita Bisa sebagai jembatan penghubung dengan donatur yang ingin memberikan dukungan. (Adisa Soedarso)